Nama: Rizki Ramadhan
Nim: 3152122015
Berkunjung ke Vihara
Setia Budi
Pada hari jum’at setelah selesai perkulihan kami melakukan sebuah
penelitian di daerah Jl. Irian Barat,
Gang Buntu, Medan, Sumatera utara
tempatnya yaitu di sebuah Vihara kembar dekat stasiun kereta api Medan.
Pada saat sebelum pergi, kami berkumpul terlebih dahulu untuk melakukan
arahan-arahan dan perjanjian pertemuan di lokasi penelitian tersebut dan akhir
nya kami memilih untuk naik kereta dan kawan kami naik angkot, setelah itu aku
dan Oscar memilih untuk pulang dulu kerumah ku untuk mengambil barang-barang ku,
karena aku harus pulang kampung karena orang tua menelpon pada 3 hari yang lalu
karena ada suatu hal yang harus aku lakukan ketika pulang dari Medan.
Setelah selesai mengambil barang kami lagsung bergegas pergi ke lokasi
penelitian tersebut, kami pun mulai mengendarai kereta, mulai lah kemacatan
yang tampak dan kami harus memotong jalan pintas agar tidak terjebak kemacetan.
setelah bebas dari kemacetan dan sampai pada lokasi tersebut. Untuk memarkirkan
kereta saja, kami harus memakir kan ke sebuah Plaza yang besar yaitu di center
point.
Setelah memakirkan nya kami bergegas berjalan menuju ke vihara tersebut
dan menjumpai temen-temen kami yang sudah sampai terlebih dahulu. Terlihat dan
terdengar suara mereka yang memanggil kami dan kami langsung menoleh dan
menjawab panggilan mereka dan akhir nya temen 1 kelompok kami, dan kami
langsung permisih kepada securitiya
setelah itu saya dan temen saya berpencar dan melihat keadaan suasana
tersebut.
Sebelum masuk kedalam Vihara tersebut saya melihat dan memperhatikan
sekali bangunan di luar Vihara tersebut. Saya sangat terpukau oleh bangunan
arsitektur bangunan tersebut,apalagi bangunan tersebut cukup tinggi dan
mempunyai menara yang kembar lalu Dua tiang penyangga bangunan yang ada di
depan pintu itu berukir naga yang melingkar. Ukiran naga itu begitu indah,
rapi, dan halus serta kalau saya lihat pasti itu memiliki harga jual yang
sangat tinggi. Sedangkan dua patung Dewa Penjaga terlihat menyeramkan mengarah
siapa saja yang ingin memasuki pintu Vihara.
Kami terus berkeliling dan sekalian melihat keindahan arsitektur bangunan
ini, nah saya melihat penjaga dan saya permisih kepada nya seklaian bertanya
mengenai sejarah Vihara tersebut dan bertanya tentang aktivitas di vihara
tersebut, namun penjaga itu mengatakan bahwa dia tidak tau dan berulang kali
kami tanya dia tidak mau memberikan informasih tentang aktivitas yang ada
disini.
Namun setelah itu kami tidak menyerah dan terus mencari informasih
mengenai Vihara tersebut, dan kami memberanikan diri untuk masuk, Lantas kami
pun masuk dan langsung mendatangi
penjaga kedua nya, dan kami bertanya sama dengan apa yang kami tanya kan tadi
dan ia tetap menjawab sama seperti apa yang tadi kami tanyakan kepada narasumber
pertama kami, mereka seperti tertutup akan Informasih tentang Vihara tersebut,
cukup sulit untuk membongkar sejarah yang ada di vihara ini. Namun kami memakai
cara kedua dengan memperbanyak mengamati berupa mengamati artefak- artefak yang
di aggap Suci, kami memotret nya dari setiap segi-segi patung tersebut. Luar
biasa sekali keindahan patung tersebut cukup besar dan mengagumkan.
Pada dinding
di sebelah kanan-kiri pintu terdapat pula ukiran bergambar Dewi Kwan’im dan
ukiran bergambar Budha yang tampak sedang duduk di atas teratai. Dan yang cukup
menarik pula, sejajar dengan patung Dewa Penjaga tadi ada patung-patung singa
berkepala naga.
“Semua patung-patung, tiang
berukiran naga, dan ukiran lainnya itu dikirim dari Tiongkok,” kata security di
Vihara Setia Budi pada saya.
“Nah, untuk patung singa berkepala
naga itu beratnya sekitar 5 ton saya rasa . Crane yang mengangkutnya saja
terayun-ayun saat meletakkannya di sini,” sambungnya lagi.
Vihara bertingkat lima ini selain tempat
ibadah, juga sebagai ruangan aula. Dua bangunan kembar itu juga terdapat
jembatan di atasnya yang berfungsi sebagai akses jalan dari gedung satu ke
gedung dua.
Vihara kembar ini sebenarnya
Vihara Setia Budi yang baru. Vihara yang lama berada di sebelah kirinya. Nah,
lalu bangunan suci yang lama itulah sebuah vihara yang bernilai sejarah di Kota
Medan.
Setelah
banyak melihat bentuk-bentuk arsitektrur bangunan tersebut sayang nya kami
tidak melihat aktivitas sembahayang pada masyarakat Budha, Cuma beberapa orang
saja dan bisa di hitung jari yang berdatangan, lalu saya mengamati orang
thionghoa yang sedang sembahayang sampai seleseai dan akhir nya kami
memberanikan diri lagi untuk bertanya-tanya kepada informan ke 3 kali nya,, kami memulai percakapan. Nah....
kami bertanya maap “ko , sebelum nya kami minta waktu ko sebenter untuk
bertanya mengenai kegiatan yang ada disini, namun secepat itu ia langsung
menjawab kalau dia tidak bisa menjelas kan dan jawaban mereka persis seperti
apa yang mereka jawab tadi, hmmmm....... susah ya berbicara dengan orang Thionghoa
pada menutup pada masyarakat pribumi.
Namun
untuk kegagalan ke 3 kami tetap lanjut dan berkemas diri untuk pergi ke Vihara
Setia Budi bangunan lamanya, dimana disana kami melihat orang Thionghoa dan
orang india keling beribadah, kami melihat fenomena disana seperti mereka menggap
kami orang asing melihat kedatangan kami, hanya satu orang lah dari orang
thionghoa yang menyuruh kami masuk, dan menunjukan kepada kami, lalu pun kami
masuk dan langsung menjumpai Informan tersebut, kami bertanya seperti apa yang
kami tanyakan tadi, dan untuk informan ke tiga mereka tetap menjawab kalau
mereka tidak tau sampai untuk informan ke ermpat kami memilih lokasi lain, di
dekat lokasi tersebut dan kami memilih istirahat sejenak dan sambil memulihkan
stamina, di sela-sela waktu istirahat kami sambil menunggu orang yang sedang
ibadah dan berusaha sekali lagi, kami pun berbincang-bincang kepada temen-temen
tak terasa orang yang kami tunggu pun keluar dan langsung kami bertanya kepada
nya.
Nama informan
tersebut adalah pak Ahong, pak Ahong adalah seorang pengusaha yang berumuran 36
tahun. Menurut pendapat dari pak Ahong mengenai sejarah yang ada di Vihara Setia Budi tersebut bahwa sejarah Vihara setia
Budi ini Konon dari beberapa sumber, Vihara Setia Budi itu dibangun pada tahun
1908. Dan Tjong A Fie, seorang tokoh Cina yang terkenal dermawan dan
dekat dengan Kesultanan Deli dan pemerintahan Belanda ikut mendanai pembangunan
Vihara Setia Budi tersebut. Tjoung A Fie tidak asing lagi namanya bagi
masyarakat khusus nya Medan, Tjoung a Fie adalah seorang tokoh yang sangat kuat
akan bertoleransi dan membantu dalam pembangunan seperti Masjid Raya, Istana
Maimun, Masjid Gang bengkok dan masik banyak lagi bangunan di medan bersejarah
karena bantuan dia.
Karena waktu
sudah cukup larut siang dan menunjukan pada pukul 12.00 akun pun bergegas
pulang dan meninggal kan teman-teman saya, dan memilih jalan pulng
masing-masing namun aku dan dan salah satu teman saya menuju ke sebuah masjid
untuk melaksanakan shlat jumat di Masjid Polri dekat vihara setias Budi, dan
segera mengambil wudhu dan sambil mununggu di laksanakan waktu shalat Jumat.
Setelah
selesai nya shalat jumat aku dan temen saya menuju salah satu tempat yaitu ke warung makan dan beristirahat.
Setelah selesai duduk dan makan kami langsung pergi dan mengunjungi ke salah
satu Plaza di lokasi Center Point dan duduk disana sambil menunggu jam 17.00
untuk keberangkatan menuju ke Kisaran yaitu kampung ku.
Waktu pun
sudah 17.00 saya langsung bergegas ke Stsiun kereta api bersama Oscar, dan
Oscar masih menemani ku dalam perjalanan menuju ke Stasiun kereta api, dan
jarak 15 menit, kereta api pun berangkat dan saya sudah naik di dalam nya dan
harus meninggalkan kota medan.
Pada hari minggu jam 9 pagi, aku
pun pulang balik ke Medan, 5 jam waktu
berlalu akhir nya pun saya sampai di kota Medan dan ke esokan hari nya saya
melakukan penelitian kembali sendiri karena sedikit nya bahan yang saya dapat
maka saya melakukanya penelitian lagi dan menjumpai salah satu teman saya yang
beragama kan agama Budha. Nama nya adalah Kevin ia seorang Mahasiswa ia
mengatakan bahwa aktivitas ibadah yang ada di Vihara wajib tanggal 1 sama 15
wajib ibadah. Tanggal 1 itu biasa dinamakan “Ceit sedangkan tanggal 15 “Cek go,
di tanggal 1 itu biasa nya Imlek dan tanggal 15 Cap Gomeh” untuk ibadah lainya
biasa diadakan menurut adanya waktu. Jadi kalau di tanggal yang telah di
tentukan mereka membakar uang dan baju, itu bentuk pengganti uangnya sebuah
kertas kuning, dan untuk kematian
seseorang pada kepercayaan ini mereka tidak memboleh kan menyembayang kan tidak
boleh di atas umuranya yang boleh umur di bawah nya atau adek nya . lalu
menurut pendapat nya bahwa seorang itu meninggal bahwa mereka seperti hidup
kembali di akhirat, apa yang kita lakuin
dunia maka akan terjadi kembali percis seperti di akhirat.2 harimau putih
dinamakan tawusi, menurut pendapatnya mereka beranggapan jikalau kita masuk dan
keluar kita bakal di lindungi menurut pendapat nya.
Naga melambangkan keperkasaan
dan melindungi, ciri naga memandang ke atas bahwa naga di anggap sakral.
Mungikin Cuma yang bisa saya dapat kan dari informan ke dua saya di kaenakan
pas dia lagi ada kesibukan. Dan setelah itu saya pulang dan mengucapkan
terimakasih sekian.
Dibawa ini adalah Gambar dari Vihara Seti Budi dan berbagai Artefak- Artefak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar